Selasa, 13 Desember 2016

Kisah Sepasang Kaki


Ketika sepasang kaki tanpa tujuan melangkah menaiki anak tangga, tanpa tujuan dan tak tentu arah. Saat tak mampu lagi melangkah, ada sosok yang mengenalkannya pada sebuah rumah. Rumah yang penuh keramahan, keceriaan, dan apa adanya. Tempat orang-orang yang mereka bilang keluarga, yang saling merasakan suka duka, yang mau merangkul seseorang yang tak tau apa-apa. Akhirnya sepasang kaki itu berhenti di sebuah tempat, di hadapannya terlihat benda persegi panjang berwarna coklat dengan sebuah nama. Saat dua bola mata memandang ke dalam, ada banyak senyum ramah menyambut. "Selamat datang di rumah" mungkin itu maksud senyuman mereka. Sepasang kaki itu pun memberanikan diri melangkah, dengan canggung dan tegang. Sekelilingnya terasa asing. Tapi perlahan-lahan kenyamanan menghampirinya. Sepasang kaki itu terduduk bersila, dikelilingi kaki-kaki lain yang penuh keakraban. "Mungkin ini yang namanya Rumah" pikirnya. Di hari-hari selanjutnya, sepasang kaki itu mulai terbiasa. Saat menaiki tangga, ia telah punya tujuan, ia telah punya hal untuk dibagi, ia telah punya banyak hal untuk diceritakan, dan ia mulai terjebak dalam sebuah cerita fiksi.

Hari berganti bulan, bagaikan pagi. Seperti cahaya matahari yang perlahan menyinari dunia. Semua cerita fiksi itu perlahan memperlihatkannya pada sebuah realita, tentang sebuah dusta yang tak tampak di depan namun sangat menusuk di belakang. Dia mulai bertanya, "Apa ini yang dinamakan bermuka dua?" Saat kenyamanan mulai merambati seluruh tubuhnya, ketika sepasang kaki itu mulai terbiasa melangkah. Ia terjatuh. Tapi kini tak ada lagi yang mengulurkan tangan mereka, semua diam. Sepasang kaki itu berusaha bangkit, ia tak ingin berprasangka. Perlahan ia mencoba menuju benda persegi panjang, menuju sebuah pintu. Dengan tertatih, berharap ada yang menegur menanyakan keadaannya. Tapi apa yang dilihatnya ketika sudah berhasil menembus benda tersebut? Kosong.. hanya tatapan kosong. Tatapan hangat yang dulu tak tampak lagi. Rumah itu sudah tertutup. Rapat.. sangat rapat.. Hingga sepasang kaki itu menyadari dan pergi berbalik arah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Untuk Fra, Sekali Lagi

Sudah lama aku berjanji tak akan menulis tentangmu lagi, tapi setiap kali hujan jatuh di awal Oktober, namamu selalu lolos dari ingatanku ya...