ketika secangkir kopi mampu menyumbang kata dalam cerita
mungkin pahitnya tak lagi terasa
hanya serpihan indah mampu mengusir dahaga
dalam gelapnya malam yang perpenjara dinginnya rindu
dia pun berbicara
di sela seruput hangatnya
di sela seruput hangatnya
dan dengan hembus nafas yang terpatah-patah
dia kembali bergumam
menyebut nama seseorang,
bukan yang biasa mereka dengar
bukan yang biasa mereka dengar
ini tentang pengalaman seorang penggemar
dengan senjata bisu tanpa peluru
membidik dengan diam, hanya berbekal keyakinan
tapi dia tak pernah memaksa
karena hanya dengan bersama, dia bahagia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar