Senin, 28 Mei 2018

Kalah dari Benda Mati


"Kadang benda mati yang memenangkan tempat di sisimu. Atau hewan kecil yang luput dari pandanganmu" 

Lirik lagu Dee Lestari masih terdengar di sudut gelap kamarku. Sekarang masih pukul 6 pagi, masih terlalu dini untuk beranjak dari selimut tebalku. Apalagi hari ini tanggal merah, aku tidak harus buru-buru pergi ke kampus. Dan aku memang tidak ada acara apapun hari ini. Kecuali, nanti ada orang teralay sedunia mengganggu tidurku. 

"Far.. ibu mau jenguk teman ayah di Rumah Sakit, kalau kamu sudah bangun segera sarapan. Ibu berangkat dulu" teriak ibu dari luar kamarku.
"Hmmm..." jawabku dengan malas.

Aku masih belum beranjak dari balik selimut ketika ponselku berbunyi. Dengan enggan aku meraih dan membukanya. Mataku langsung melotot ketika melihat nama yang tertera di layar ponselku. Aku tidak pernah membayangkan sedikitpun akan mendapat pesan darinya. Hati-hati aku membuka, hanya ada satu baris kalimat di sana. 

"Dik, laporan di kumpul hari ini" katanya lewat pesan. 

Ya, dia adalah asisten praktikumku. Dan aku satu-satunya praktikan yang belum mengumpulkan laporan. Bukan karena aku tidak disiplin, tapi gara-gara laptopku masuk tempat service. Untung saja dia mau memakhlumi alasanku, jadinya aku bisa mengumpulkan terlambat. 

"Baik Kak, dikumpulkan di mana?" kataku dengan wajah masih tersenyum riang. 

Entah mengapa hanya melihat namanya bertengger di layar ponselku aku sudah bahagia, aku bahkan tidak tau sejak kapan aku mulai gila seperti ini. Aku bahkan sering menggantikan ketua kelas untuk mengumpulkan tugas padanya, lebih tepatnya memaksa menggantikan. 

Senyumnya yang seperti orang malu-malu saat menjelaskan materi, malah membuatku semakin jatuh hati. Sayangnya, aku tak tahu apakah dia juga punya perasaan yang sama. Tapi aku rasa itu sangat tidak mungkin. 

"Langsung saja ke kontrakan saya nanti siang" balasnya setelah beberapa menit berlalu.
"Baik Kak, terima kasih" balasku semangat.

Kalian pasti tahu apa yang membuatku semangat, di hari libur harus pergi mengumpulkan laporan. Karena dengan begitu aku bisa melihat senyumnya hari ini, hanya itu saja membuatku bahagia. Apalagi bisa dekat dengannya tidak hanya sebatas asisten praktikum dan praktikannya. 

Siang ini langit tampak biru muda, tidak ada satupun awan di sana. Mungkin ia tau bagaimana isi hatiku saat ini. Aku mengendarai motorku dengan hati berbunga-bunga. Setelah sampai di depan kontrakannya, aku tak perlu mengetuk pintu karena sepertinya dia juga baru tiba. Dia memberikan senyum khasnya sambil memarkir motornya di bawah pohon mangga. 

"Selamat siang Kak, ini laporan saya yang belum dikumpul. Maaf ya Kak, Telat ngumpulinnya" kataku agak malu.
"Iya nggak apa-apa Dik, terima kasih" jawabnya masih dengan senyum manisnya.

Entah kenapa aku yang tipikal orang paling cerewet selalu kehilangan kata-kata di depannya, bahkan untuk terus menatapnya aku tidak sanggup. Aku harus segera pergi sebelum aku bertingkah memalukan. Padahal sejujurnya aku masih ingin menatapnya lebih lama, tapi akhirnya aku pamit pulang juga. Setelah aku sampai di depan gerbang kontrakan aku sempatkan menoleh lagi padanya. Sayangnya dia sudah melangkah masuk ke dalam dengan menggenggam laporanku erat. 

"Kamu selalu memenangkan tempat di hatiku, sedangkan aku selalu kalah hanya dari benda mati di sisimu" kataku dalam hati. 

Aku tertawa kecil dan berlalu meninggalkan kontrakannya dengan hati masih berbunga. 

1 komentar:

  1. Keren, kayaknya aku yang menjadi tokoh ketua kelas dch, nl.

    BalasHapus

Untuk Fra, Sekali Lagi

Sudah lama aku berjanji tak akan menulis tentangmu lagi, tapi setiap kali hujan jatuh di awal Oktober, namamu selalu lolos dari ingatanku ya...