Sabtu, 30 September 2017

Arlanta


Di balik bukit salju merah jambu, Ada desa mungil nan cantik. Aroma coklat tersebar di mana-mana. Aliran sungai vanila membuatmu ingin berenang di sana. Sesosok gadis dengan jubah pelangi duduk membisu di bawah pohon kismis. Ia terlihat sedih, sorot matanya seperti kehilangan. Adalah Rens, putri dari seorang penyihir yang terkemuka di negeri Arlanta. Entah apa gerangan yang membuatnya begitu murung. Hingga warna pelangi jubahnya berubah menjadi mendung kelabu. Lalu nyamuk kecil bernama Bloody menyapa pelan. Si gadis tak menggubris sama sekali. Kemudian datang Frogos si katak yang membawakan secawan air vanila yang termanis untuk si gadis. Tapi dia tetap diam, dan matanya semakin meredup. Kini Timtim si belalang juga menghampiri gadis itu. Tak menyapa, maupun memberi hadiah. Dia hanya menatap kosong ke arah si gadis. 

Menit berganti jam, dan matahari hampir tenggelam. Si gadis tetap teguh dalam diam. Bahkan saat kini ia sendiri, tak ada suara lagi selain desah nafasnya. Apakah yang sebenarnya terjadi?? Jubah si gadis juga telah menjadi gelap, tanpa bulan maupun bintang. Hitam, kelam, dan kosong. Jika saja ia berani, ia tak akan membisu. Jika saja ia mengaku, ia tak akan semenyedihkan ini. Kini dia hanyalah dia. Tak ada lagi yang harus menemaninya. Sang penyihir telah tiada. Andai permen perak tak tertelan di sana. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Untuk Fra, Sekali Lagi

Sudah lama aku berjanji tak akan menulis tentangmu lagi, tapi setiap kali hujan jatuh di awal Oktober, namamu selalu lolos dari ingatanku ya...